Mataram, NTB—Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) seharusnya tidak menjadikan perpustakaan ketinggalan jaman dan ditinggali penggunanya. Perpustakaan harus mampu berperan sebagai magnet informasi dan pengetahuan masyarakat. Indonesia kini sedang menuju tahap gemar membaca.
Meski Perpusnas telah mengalokasikan 60% dari total anggaran yang dimilikinya untuk pengembangan perpustakaan dan minat baca di daerah, namun tetap saja penggenjotan agar kepedulian masyarakat untuk mau membaca tetap diperlukan. Tapi, anggaran besar saja tidak cukup tanpa diimbangi kerja keras dan hasrat masyarakat untuk berkembang tidak akan membawa manfaat apapun. Tidak akan tercipta kesejahteraan apalagi kemakmuran di masyarakat secara merata.
Roadshow Perpusnas merupakan upaya strategi publikasi gemar membaca dan penyadaran masyarakat terhadap pentingnya perpustakaan sebagai bagian yang tidak kalah fundamen dalam aspek kehidupan. Ujungnya, garansi kecerdasan masyarakat. “Mengubah sikap masyarakat untuk gemar membaca tidak bisa setengah-tengah. Harus secara sistemik,” ucap Wakil Gubernur NTB Muh. Amin saat membuka Roadshow Perpusnas di Aula BPAD NTB, Rabu, (26/9).
Wagub juga menyoroti peran keluarga dalam menyemaikan kegemaran membaca sejak dini. Anak harus dikenalkan dengan buku sejak dini. Anak yang terbiasa mengenalkan buku sejak keci bakal menjadi anak cerdas. Tanamkan keyakinan, kalau tidak membaca seperti ada yang hilang dalam keseharian hidup, lanjut Wagub.
Kesulitan akses masyarakat yang berdiam di pelosok/pesisir kepualauan menjangkau informasi dan ilmu pengetahuan saat ini telah teratasi dengan adanya mobil dan kapal perpustakaan keliling. Ratusan hingga ribuan informasi disediakan di dalamnya. Artinya, akses menggali setiap jengkal informasi pengetahuan secara bertahap merata. Meski demikian, kemudahan sarana dan prasarana tidak berarti apa-apa jika masyarakat belum siap untuk berkembang dan maju. “Yang diperlukan masyarakat tidak hanya anjuran, melainkan praktek manfaat dari membaca buku,” ujar Kepala Perpusnas Sri Sularsih. Yah, pembudayaan gemar membaca harus ditingkatkan.
Di tengah pesatnya kemajuan teknologi, sebagian anak-anak cenderung meninggalkan bahan bacaan. Hiburan berupa audio visual lebih diminati karena lebih menarik dinikmati. Akibatnya, televisi menjadi “guru baru”. Gadget lebih disukai daripada buku. Fakta tersebut membuat budayawan lokal, Mustakin Bisawan miris. Gadget memang diperlukan, tapi tidak jangan dijadikan satu-satunya jalan mencari semua informasi yang dibutuhkan. Buku, adalah benda yang sanggup memberikan informasi yang seutuhnya. Tidak seperti gadget yang sering tidak utuh memberi informasi (sebagian). Pada tahap ini, peran keluarga menjadi dominan, terutama dalam proses menumbuhkan gemar membaca. Membaca penting bagi tumbuh kembang kecerdasan individual dan spriritual,” imbuhnya.
Saking vitalnya peran ibu dalam menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak, tidak salah jika ibu dianggap role model. Biasakanlah para orang tua mencotohkan aktivitas membaca apabila menginginkan anak yang pandai secara individual maupun spiritual. Aktris, sekaligus Dosen Psikologi Desi Ratnasari mengimbau agar para orang tua konsisten terhadap peraturan yang dibuat. Support orang tua sangat penting.
Keluarga bisa menjadi pagar terhadap terpaan derasnya kemajuan TIK yang belum tentu sesuai dengan tumbuh kembang anak. Buku, bahkan bisa berperan sebagai media komunikasi antara orang tua dan anak, seperti saat menjelang tidur.
Mewujudkan masyarakat cerdas adalah salah satu target menuju Indonesia Sejahtera. Di dalam masyarakat cerdas tentu memiliki masyarakat berbudaya membaca. Masyarakat yang terbiasa membaca merupakan garansi bagi proses kreatifitas, inovasi dan kemandirian. Harus diingat, generasi yang baik adalah adalah generasi yang memberdayakan perpustakaan sebagai sarana penunjang dalam mencerdaskan bangsa. Generasi sukses generasi gemar membaca.
Sumber:http://www.pnri.go.id/BeritaAdd.aspx?id=116
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.