TEMPO.CO, Jakarta -Tempo meluncurkan buku "Pengakuan Algojo 1965; Investigasi Tempo Perihal Pembantaian 1965", Senin, 30 September 2013, di Komunitas Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Direktur PT Tempo Inti Media Bambang Harymurti mengatakan Tempo memutuskan untuk menerbitkan sendiri buku sensitif itu karena tidak ada pihak yang mau menerbitkan buku berdasarkan tulisan dalam edisi khusus Majalah Tempo bulan Oktober 2012 itu."Produk ini kita upayakan mendekati kebenaran. Menulis sejarah yang sudah lama ditutupi karena kepentingan tertentu," ujar pria yang akrab disapa BHM itu dalam sambutannya.
Bambang Harymurti mengatakan buku sejarah belum dihargai sebagaimana mestinya, padahal makin lama sumber-sumber yang diwawancara tidak ada lagi.
Redaktur Eksekutif Majalah Tempo Arif Zulkifli mengatakan tidak ada maksud lain Tempo menulis edisi khusus itu, kecuali memberi sudut pandang baru. "Selama ini yang ada dari perspektif korban, kami menulis dari perspektif pelaku," ujarnya.Meski demikian, tanggapan keras datang dari pengurus NU pusat, pengurus NU Surabaya, dan rombongan santri yang datang ke kantor Tempo. "Beruntung diskusi dapat dilakukan dengan tenang," ujarnya.
Arif mengatakan ide edisi khusus itu diambil dari film dokumenter The Act of Killing yang disutradarai Joshua Oppenheimer. Film itu berkisah tentang pembununuhan anggota PKI di Sumatera Utara. "Kami mengembangkannya dengan mencari lokasi pembunuhan di tempat lain," ujarnya.Selain buku Pengakuan Algojo 1965, dalam acara itu juga diluncurkan buku Catatan Pinggir 10 oleh Goenawan Mohamad, buku Don Quixote oleh Goenawan Mohamad, dan e-book Cari Angin oleh Putu Setia dan Toriq Hadad.
Peluncuran itu juga diwarnai pembacaan beberapa kutipan dari buku Pengakuan Algojo 1965 dan tiga puisi dari buku Don Quixote oleh penyair Sitok Srengenge. (Erwin Z)
Sumber : http://www.tempo.co/
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.