Padang, Padek—Lawatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selama empat hari di Sumbar harus dimanfaatkan untuk mendorong pembangunan di berbagai bidang. Salah satunya bidang transportasi, dengan mendorong percepatan pengoperasian Railbus atau kereta api cepat dari Simpang Haru Padang ke Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padangpariaman.
Jika tidak, railbus yang sudah lama dikirim dari INKA ke Sumbar itu menjadi besi tua. Pasalnya, informasi yang diterima dari PT KAI dan Dinas Perhubungan dan Kominfo Sumbar, operasional kereta api yang sudah tertunda berkali-kali itu menanti penyerahan operasional dari Kementerian Perhubungan.
“Tolong sampaikan ke Presiden SBY kesulitan kita mengembangkan jalan untuk transportasi. Kita punya rel kereta api yang bisa kita manfaatkan untuk mendukung moda transportasi massal di Sumbar. Untuk mengaktifkan itu kembali butuh keputusan politis dari Presiden,” kata Sekjen Masyarakat Peduli Kereta Api Sumbar (MPKAS) Yulnofrins Napilus, kemarin.
Menurut pria yang intens mempromosikan pariwisata Indonesia, terutama Sumbar ke mancanegara ini, kemajuan transportasi dengan sendirinya akan mendorong pengembangan wisata daerah ke depan. Dampaknya tentu saja devisa dan kesejahteraan masyarakat di daerah. “Pak SBY juga bisa lihat, Sumbar itu kaya pariwisata. Ini bukan semata untuk kepentingan Sumbar, tapi kepentingan pariwisata di gerbang barat Sumatera. Apakah ada di Sumatera ini selain Sumbar yang punya banyak potensi pariwisata? Tentu tidak sebagus Sumbar,” jelas pria yang membangun website pariwisata Sumbar di www.west-sumatera.com.
Nofrins berkeyakinan, SBY akan mendukung sepenuhnya pengoperasi Railbus di Sumbar. “Jujur saya sampaikan, kita harus berterima kasih kepada Pak SBY. Sebelum 10 unit gerbong baru railbus dikirim Kemenhub untuk Sumbar, Pak SBY sengaja datang ke PT INKA di Madiun untuk melihat perkembangannya. Beliau melakukan itu karena beliau mendukung kereta api di Sumbar,” ungkap putra negeri seribu rumah gadang, Solok Selatan, itu. “Total nilai sumbangan 10 unit gerbong baru dan 1 set railbus untuk Sumbar itu sekitar Rp50 miliar. Atas nama masyarakat Sumbar dan perantau Minang sedunia pantas kiranya kita mengucapkan terima kasih kepada Pak SBY,” tambahnya.
Kehadiran SBY di Sumbar juga dapat dijadikan momentum mendorong pengaktifan kembali jalur kereta api Padangpanjang-Bukittinggi-Payakumbuh. Saat ini telah dianggarkan di Kemenhub sebesar Rp300-400 miliar untuk rencana tersebut. “Karena itu besar harapan kita ke Pak SBY agar juga memperhatikan dan mendukung reaktifasi segera rel kereta api dari Padangpanjang-Bukittinggi-Payakumbuh. Untuk percepatan akses lalu lintas perekonomian dan pariwisata ranah Minang,” harapnya.
Pengaktifan rel itu, kata Nofrins, bisa dikoneksikan dengan rencana pembangunan jalan tol yang sudah digagas Menteri BUMN Dahlan Iskan, untuk mendukung kelancaran lalu lintas di Sumbar dan Sumatera, serta mendukung Jembatan Selat Sunda nantinya. “Sumbar andalan pariwisata Indonesia di bagian barat Indonesia. Objek wisata terbanyak dan terindah ada di Sumbar di Pulau Sumatera,” tandasnya.
Karena itu Nofrins berharap kedatangan SBY tidak hanya dijadikan sebagai ajang untuk kegiatan seremonial, tapi benar-benar punya arti lebih bagi masyarakat Sumbar. “Ini kesempatan kita membawa Pak SBY ke lokasi wisata yang belum terkenal. Jangan hanya ke lokasi wisata yang sudah dikenal banyak orang. Seperti yang kami lakukan membawa wisatawan berkunjung ke air terjun Solok Selatan yang selama ini banyak yang tidak tahu. Padahal potensinya sangat luar biasa,” ungkapnya.
Kedatangan SBY yang diliput banyak media, juga dapat dijadikan ajang promosi daerah. “Ini sekaligus promosi raksasa Sumbar ke luar daerah,” imbuhnya.
Pelaku wisata, Ridwan Tulus juga menyerukan, agar momentum kedatangan SBY dimanfaatkan maksimal. Ridwan melihat, kedatangan SBY dapat dijadikan promosi gratis bagi Sumbar ke luar daerah, bahkan dunia luar. “Kedatangan SBY yang diliput berbagai media perlu dijadikan kesempatan promosi daerah, terutama bidang wisata,” paparnya.
Kedatangan SBY juga menjadi terapi bagi pemerintah daerah untuk berbenah, dan fokus pada wisata yang menjadi idaman semua orang. Dia mencontohkan, kawasan Jam Gadang Bukittinggi sebelum kedatangan SBY kondisinya semrawut dengan sampah. Saat kedatangan SBY, kawasan itu sudah bersih dari sampah. “Seharusnya, bersih tiap hari, agar wisatawan nyaman berkunjung. Jangan hanya karena presiden tiba saja! Harus konsisten dong,” kritiknya.
Momentum ini juga harus dimanfaatkan untuk mengajak SBY berkunjung ke banyak tempat-tempat wisata di Sumbar. “Saya apresiasi protokoler istana yang mengajak SBY makan di Sate Mak Syukur dan berhenti di air terjun Lembah Anai. Ini kan salah satu ajang mengenalkan kuliner dan wisata Sumbar,” katanya.
Ke depan, diharapkannya protokoler presiden tidak hanya membawa presiden ke acara-acara seremonial semata, tapi juga mengajak presiden refreshing ke objek wisata di ranah Minang. “Semua pemangku kepentingan, harus bertanggungjawab membawa iven-iven skala nasional maupun internasional ke Sumbar,” pintanya.
Pengamat wisata Ifra Yunaldi menilai kedatangan SBY ke Sumbar menunjukan jika Sumbar layak dan aman untuk dikunjungi. Melalui potensi itu, Ifra menyarankan agar hal ini menjadi perhatian semua pihak termasuk pelaku wisata, bagaimana ke depan memanfaatkan potensi ini demi pengembangan pariwisata Sumbar. “Memang kita akui kedatangan SBY punya dampak. Sumbar layak dikunjungi. Tapi apakah kita sudah punya keyakinan apakah mampu mengembangkan potensi ini ke depan. Karena selama ini kita belum mengelola objek secara maksimal sehingga ada nilai tampah,” papar Direktur Akademi Pariwisata Bunda (APB) Padang ini. Ke depan, harus ada langkah-langkah strategis untuk memaksimalkan potensi-potensi ini sehingga pariwisata Sumbar itu kedepan dapat dijual dan dikelola dengan baik.
Sumber:http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=48167
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.