Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk pemerintah, organisasi masyarakat adat, pegiat aksara, dan ahli bahasa menyelenggarakan pertemuan regional Asia tentang rencana aksi global untuk Dekade Bahasa Asli Internasional pada 10-11 Mei tahun ini secara daring.
Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) akan memaparkan kampanye digitalisasi aksara nusantara di pertemuan tersebut.
Melansir laman Unesco.org, Majelis Umum PBB mendeklarasikan periode 2022-2032 sebagai Dekade Bahasa Asli Internasional (IDIL). Dalam hal ini, UNESCO ditunjuk langsung oleh PBB sebagai Badan yang memimpin kegiatan tersebut, bekerja sama dengan Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB (UNDESA) dan lembaga terkait lainnya termasuk Kantor Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR). Kemudian ketiganya akan membentuk tim gugus tugas global untuk merancang kerangka kerja internasional, partisipasi, dan keterlibatan semua pihak dalam Dekade Internasional tersebut.
Pertemuan regional Asia ini memiliki tiga tujuan utama. Pertama, identifikasi prioritas regional termasuk strategis obyektif, pemasukan, pengeluaran, perubahan domain (berdasarkan pertimbangan tematik), dan proyek unggulan serta percontohan regional untuk Dekade Internasional di Asia.
Kedua, meningkatkan kesadaran tentang pentingnya bahasa asli, keragaman bahasa, dan multibahasa untuk pembangunan berkelanjutan. Dan ketiga, mennjalin kemitraan di antara berbagai pemangku kepentingan untuk pembentukan jaringan mitra regional, komite nasional, serta proyek unggulan dan percontohan regional untuk Dekade Internasional di Asia.
Pertemuan regional itu menjadi momentum bagi PANDI, yang gencar mengkampanyekan program "Merajut Indonesia melalui Digitalisasi Aksara Nusantara" (Mimdan) dan didukung penuh oleh UNESCO.
Yudho Giri Sucahyo, Ketua PANDI, menjelaskan dengan ditetapkan periode 2022-2032 sebagai Dekade Bahasa Asli Internasional, ini bisa membantu mempromosikan aksara nusantara ke ranah internasional, sehingga proses digitalisasi aksara nusantara bisa lebih mudah.
“Perjalanan setahun lebih ini akhirnya dilirik oleh UNESCO Indonesia, yang kemudian memberikan panggung bagi PANDI agar dapat menyuarakan inisiatifnya di Indonesia ke tingkat regional, agar saling belajar dengan negara Asia lainnya,” ujar Yudho dalam keterangan pers, Senin (3/5).
Dalam pertemuan regional nanti, PANDI mewakili Indonesia mendapat kesempatan untuk melakukan pemaparan dalam forum yang akan dihadiri oleh perwakilan Jepang, Nepal, India, dan Thailand. Hasil pertemuan regional tersebut akan dibawa ke tingkat dunia pada akhir tahun ini.
“Tentu ini merupakan tantangan baru bagi PANDI yang biasanya rutin hadir aktif di acara khusus spesifik terkait internet. Namun kini diberi kesempatan bicara di acara PBB. Memang yang dibicarakan masih terkait dengan digitalisasi konten di internet, tapi keterkaitan antara internet dan pelestarian budaya warisan nenek moyang adalah hal yang tak terbayangkan dapat bertemu pada skala seperti ini,” katanya.
Yudho berharap upaya PANDI ini bisa membuahkan hasil maksimal, agar digitalisasi aksara nusantara dapat terwujud sepenuhnya dengan memanfaatkan teknologi dan media digital untuk mempromosikan bahasa dan aksara nusantara di internet.
“Kami akan ambil bagian dan ikut berkontribusi dalam memajukan budaya nusantara agar bisa dikenal dan dikonversikan dalam bentuk digital, agar bisa tetap terjaga kelestariannya dan bisa digunakan oleh semua orang di seluruh dunia,” pungkas Yudho.
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.