Tidak bisa ditampik kalau teknologi dapat menjadi salah satu kunci untuk menahan laju penyebaran corona.
Pandemi corona seakan tiada habisnya. Virus ini terus menyebar ke berbagai belahan dunia, Indonesia salah satunya. Tidak bisa dianggap remeh, penyebarannya yang cepat membuat banyak orang terinfeksi pula dengan cepat. Tidak sedikit juga yang akhirnya tutup usia.
Tak pelak berbagai langkah pun dilakukan. Mulai dari physical distancing, lockdown lokal, hingga PSBB untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Berbagi pihak juga bekerja sama untuk melangsungkan rapid test. Tujuannya untuk mempersempit pencarian orang yang sudah atau pernah terinfeksi corona.
Tiongkok menjadi salah satu negara yang berhasil menahan laju perkembangan virus ini. Sebagai negara pertama yang dilaporkan menerima penyebaran virus ini, pemerintah negara tersebut bergerak cepat untuk membatasi penyebarannya. Kota Wuhan dan Hubei sempat mengalami lockdown panjang selama masa pandemi. Dan pada akhirnya, sejumlah besar wilayah di negara tersebut dapat kembali menghirup udara kebebasan di luar ruangan, kendati harus tetap menggunakan masker dan sejumlah protokol kesehatan lainnya.
Di saat negara lain masih berjuang membatasi penyebaran virus ini, Tiongkok justru sudah mempersiapkan sejumlah cara untuk menghalau gelombang kedua virus ini. Itu karena semua pihak, baik pemerintah dan warganya, termasuk juga perusahaan teknologi mengambil peranan mereka masing-masing demi kebaikan bersama.
Teknologi mungkin bisa menjadi salah satu kunci untuk menghentikan penyebaran virus ini. Apple dan Google misalnya, walaupun sedikit terlambat daripada tidak sama sekali, akan mendistribusikan API contact tracing yang akan berguna untuk menekan penyebaran Covid-19. Tidak secara langsung memang, dan butuh kesadaran tinggi dari para penggunanya, termasuk mengakui kalau dirinya terinfeksi Covid-19.
Namun kalau melihat kasus Tiongkok, dimana kala itu API tersebut belum tersedia, perusahaan berbasis teknologi sudah lebih dulu turun tangan untuk membantu mengatasi masalah ini. Salah satu senjata andalan negara tersebut adalah AI.
Masih ingat beberapa waktu lalu Alibaba Cloud mengumumkan sebuah AI yang dapat menganalisa dan membantu diagnosa dokter yang menangani kasus Covid-19? Ya, salah satu solusi AI yang ditawarkan analisis hasil CT Scan menggunakan AI.
Medical Imaging merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi corona pada seseorang. Ini dilakukan dengan memindai dada pasien untuk melihat sejauh mana kerusakan yang ditimbulkan oleh virus tersebut. Dengan begini, seorang dokter dapat mengetahui perkembangan corona dalam tubuh seseorang dan menentukan perawatan yang dibutuhkan.
Normalnya, analisis hasil CT Scan ini akan berlangsung selama 5 hingga 15 menit untuk satu hasil saja. Itu pun dilakukan setelah menganalisa 300 gambar. Kemajuan teknologi akan dapat mempermudahnya. Dengan mengandalkan algoritma tertentu, waktu analisis akan dapat dipersingkat secara signifikan. Dalam konteks AI yang dikembangkan Alibaba itu, waktunya dapat dipersingkat hanya dalam hitungan detik.
“Algoritma CT Scan yang kami kembangkan memiliki akurasi 96 persen. Kami yakin akan dapat memberikan pertolongan untuk mendeteksi virus ini.” kata Leon Chen, Head of Alibaba Cloud Indonesia dalam konferensi video bersama Tek.id.
Algoritma ini sudah dikembangkan oleh DAMO Academy sejak lama. Alibaba sendiri menggunakan akumulasi data yang sudah terkumpul sekian lama untuk membangun algoritma tersebut. AI-nya dilatih menggunakan 5000 gambar CT Scan dan sudah digunakan di Tiongkok untuk mengatasi pandemi Corona. Setidaknya selama Februari dan Maret, Alibaba Cloud sudah bekerjasama dengan lebih dari 160 rumah sakit di Tiongkok untuk menerapkan AI ini.
Lantas bagaimana cara kerjanya?
Pada tahap awal, Alibaba Cloud akan menyediakan teknologi berupa algoritma untuk menganalisis hasil CT Scan. Di sisi lain, rumah sakit akan mengembangkan API khusus untuk terhubung dengan cloud Alibaba. Selanjutnya, hasil CT Scan yang sudah dianonimkan akan dikirimkan ke cloud untuk dianalisa. Hasil analisis kemudian akan dikirimkan kembali ke rumah sakit.
Setelahnya, dokter dapat memberikan diagnosa berdasarkan hasil analisis tersebut. Singkatnya, AI ini dapat memprediksi berbagai jenis pneumonia, termasuk jenis yang disebabkan oleh Covid-19.
Leon mengungkapkan butuh waktu sekitar satu minggu untuk menerapkan teknologi ini di rumah sakit yang bekerja sama dengan Alibaba. Meski begitu, proses analisis dapat dilakukan dengan cepat ketimbang analisis yang dilakukan oleh manusia.
Alibaba pun berinisiatif untuk membantu wilayah lain di luar Tiongkok untuk memanfaatkan teknologi ini, termasuk juga di Indonesia. Yang menarik adalah, Alibaba Cloud menyediakan solusi ini secara gratis selama masa pandemi. Leon sendiri menyatakan bahwa kemungkinan solusi yang ditawarkan ini akan tetap gratis selama tiga bulan ke depan.
Kendati begitu, solusi yang ditawarkan Alibaba di setiap negara akan berbeda-beda. Leon mengungkapkan bahwa hal itu bergantung pada kondisi negara yang bersangkutan. Di Indonesia sendiri, Eka Hospital merupakan rumah sakit pertama yang menerapkan teknologi AI CT Scan Imaging ini untuk mendapatkan analisis mengenai corona.
Sumber: https://www.tek.id/future/peran-ai-selama-pandemi-corona-b1ZLA9hKp
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.