Berita

Menu ini memuat perkembangan kabar dan informasi terkini tentang Perpustakaan Badan Standardisasi Nasional, ditulis untuk disampaikan kepada para pengunjung dan masyarakat umum

Generasi Sandwich Rentan Alami Masalah Kesehatan Mental, Ini Sebabnya

Admin Diandra Nessia Alisty —
  362

Istilah generasi sandwich atau sandwich generation mungkin sudah cukup akrab di telinga kita. Generasi sandwich adalah istilah yang merujuk pada kelompok individu yang “terjepit” di antara tuntutan simultan dalam merawat orangtuanya yang telah lanjut usia, dan merawat anak-anaknya yang masih bergantung padanya, baik secara fisik, mental-emosional, maupun finansial.

Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh dua orang pekerja sosial yaitu Dorothy Miller dan Elaine Broody pada 1981 untuk menggambarkan pelaku rawat (caregiver) yang terjepit di antara dua generasi. Rupanya, kelompok generasi sandwich cenderung lebih rentan mengalami masalah kesehatan mental, lho.

Apa sebabnya? Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari RS Pondok Indah - Pondok Indah, dr Zulvia Oktanida Syarif, SpKJ menjelaskan, individu yang berada di generasi tersebut umumnya dituntut untuk memberikan dukungan fisik, mental-emosional, dan finansial, baik bagi anak-anaknya dan juga orangtuanya yang telah lanjut usia.

Secara umum, karakteristik individu yang berada di generasi sandwich biasanya adalah pria dan wanita berusia 30 tahun ke atas yang telah menikah dan bekerja. Orang-orang tersebut memiliki beban ganda karena harus merawat anak-anak dan orangtuanya.

"Generasi sandwich menanggung beban dan tanggung jawab dalam memberikan perawatan dan layanan seperti transportasi, pengaturan makan, perawatan kesehatan, dan urusan rumah tangga lainnya, baik bagi anak-anaknya maupun orangtuanya," kata Zulvia dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com.

Survei di Amerika Serikat pada 2007 menunjukkan bahwa generasi sandwich yang memiliki rentang usia antara 35-54 tahun memiliki tingkat stres lebih tinggi karena dituntut untuk menyeimbangkan peran dalam perawatan anak dan juga orangtua mereka. Hampir 40 persen wanita generasi sandwich melaporkan tingkat stres yang ekstrem.

"Stres ini tidak hanya memengaruhi relasi personal terhadap pasangan, anak dan keluarga, namun juga memengaruhi kesejahteraan diri sendiri," ujarnya.

Beberapa masalah kesehatan mental yang rentan terjadi pada generasi sandwich seperti:

  • Burnout (kelelahan fisik dan mental).
  • Gangguan tidur (banyak tidur atau kurang tidur).
  • Perasaan bersalah.
  • Merasa khawatir terus-menerus.
  • Hilang minat terhadap aktivitas yang sebelumnya disenangi.
  • Kecemasan.
  • Depresi.

Pada akhirnya, kondisi mental tersebut juga bisa memengaruhi kesehatan fisik, seperti:

  • Kadar hormon stres yang lebih tinggi.
  • Lebih sering izin sakit dari pekerjaan kantor karena terinfeksi penyakit menular.
  • Respon imunitas yang lebih rendah terhadap influenza.
  • Penyembuhan luka yang lebih lambat.
  • Tingkat obesitas lebih tinggi, hingga Risiko penurunan kesehatan mental yang lebih tinggi.

Selain memiliki beban untuk merawat kesehatan anak dan orangtua, di saat bersamaan mereka yang berada pada kelompok generasi ini juga harus tetap menjaga imunitas dirinya agar tidak mudah sakit. Karenanya, penting sekali bagi generasi sandwich untuk mempelajari cara menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun mental, serta menyeimbangkan berbagai peran yang dimilikinya.

Sebuah penelitian pada 2016, misalnya, menunjukkan bahwa seorang wanita pada generasi sandwich perlu memiliki strategi untuk dapat menyeimbangkan antara peran sebagai seorang ibu, pelaku rawat orang lanjut usia, dan pekerja.

Enam strategi tersebut di antaranya menjaga kesehatan dan kesejahteraan, menekan perfeksionisme, mengelola waktu dan energi, melepaskan tanggung jawab, hingga memelihara hubungan sosial dan timbal balik.

Mengurangi stres generasi sandwich

Bagaimana cara menyeimbangkan peran tersebut agar tingkat stres generasi sandwich dapat ditekan? Beberapa tips yang dapat dilakukan sebagai cara mengurangi stres pada generasi sandwich antara lain:

1. Meminta bantuan

Tidak jarang, generasi sandwich mengerjakan banyak hal seorang diri. Carilah bantuan untuk mengerjakan beberapa tugas rumah tangga, pengaturan pengurusan anak dan orang tua, dan sebagainya.

"Meminta bantuan bukanlah sebuah tanda kelemahan, namun kekuatan diri dalam hal mengelola tugas yang perlu dikerjakan," ucap Zulvia.

2. Luangkan me time

Kesibukan menjalankan peran mengurus dua generasi kadang membuat seseorang, terutama wanita, dari generasi sandwich tidak memiliki waktu untuk diri sendiri. Cobalah luangkan waktu khusus untuk melakukan hal bagi diri sendiri (me time), misalnya mengerjakan hobi atau sekedar bersantai, dan memanjakan diri.

3. Adakan pertemuan keluarga

Pertemuan keluarga dapat menjadi suatu wadah untuk saling mencurahkan isi hati serta memberi dukungan satu sama lain. Pertemuan keluarga juga dapat digunakan untuk mendiskusikan berbagai masalah yang dihadapi dan bersam fokus mencari solusi.

Selain itu, momen tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kedekatan antar anggota keluarga dan memperkuat dukungan sosial bagi generasi sandwich. Menurut penelitian Kusumaningrum (2018), semakin tinggi persepsi dukungan sosial, maka semakin rendah beban pengasuhan yang dirasakan oleh generasi sandwich.

"Pada kondisi pandemi saat ini, pertemuan keluarga dapat dilakukan melalui daring. Hal ini tidak mengurangi rasa keintiman yang ada di tengah keluarga," katanya.

4. Pertahankan komunikasi yang baik

Saat lelah dan stres, pola komunikasi dapat sangat terpengaruh dan cenderung mengarah pada pola komunikasi yang lebih emosional. Ketika pola komunikasi diwarnai ketidaknyamanan dan konflik, tingkat stres cenderung meningkat. Jadi, cobalah mempelajari cara komunikasi yang asertif dan baik untuk tetap menjaga suasana tenang dan nyaman dalam menjalankan peran sehari-hari sebagai generasi sandwich.

5. Lepaskan kendali

Sesekali, lepaskan kendali terhadap segala sesuatu yang biasanya selalu diurusi. Perfeksionisme berpotensi menghasilkan stres yang lebih tinggi. Pelajari cara untuk tidak selalu mengatur semua hal di kehidupan. Lakukan delegasi atau menyerahkan tugas tertentu pada orang lain jika memungkinkan.

6. Nikmati momen yang ada

Meski selalu ada tumpukan tugas harian yang menanti, upayakan untuk dapat menikmati momen yang dimiliki saat ini. Nikmati peran dalam merawat anak dan melihat pertumbuhan serta perkembangan anak, serta nikmati peran dalam merawat orang tua sebagai wujud kasih sayang dan bakti pada orang tua. Buatlah setiap momen menjadi berharga di kehidupan dan keluarga.

7. Meminta bantuan profesional

Apabila berbagai cara meredakan stres tersebut telah dilakukan, tetapi tetap merasa tertekan atau depresi, serta tidak dapat menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari dengan baik, sebaiknya lakukan konsultasi dengan profesional di bidang kesehatan mental seperti psikolog klinis atau psikiater (dokter spesialis kedokteran jiwa). Profesional akan membantu meredakan ketegangan dan mengelola perasaan yang dialami.

"Generasi sandwich yang sehat secara fisik dan mental bisa mengoptimalkan kesehatan dan kesejahteraan tiga generasi, yaitu generasi dirinya, serta dua generasi lain yang dirawatnya," ungkapnya.
 


Sumber: https://lifestyle.kompas.com/read/2021/08/18/085701120/generasi-sandwich-rentan-alami-masalah-kesehatan-mental-ini-sebabnya?page=all#page2

© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.