“Saat ini Indonesia masih berstatus pandemi. Kalaupun status tersebut dicabut, terdengar kabar Indonesia berpotensi menjadi negara hiperpendemi. Artinya, kasus virus corona yang merebak saat ini dinilai belum terkendali secara signifikan. Apa yang jadi penyebabnya?”
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra, memprediksi jika kasus virus corona di Indonesia akan menjadi hiperendemi. Kondisi tersebut bisa saja terjadi mengingat COVID-19 masih mewabah hingga kini, serta respon atau penanganan yang dilakukan belum juga berhasil menekan angka penularan infeksi.
Bisa dibilang, kasus virus corona bisa saja berakhir menjadi hiperendemi sama dengan TBC yang ditemukan pertama kali pada 1882 lalu. Hingga saat ini pun TB masih menjadi masalah kesehatan dunia, termasuk Indonesia. Ketahui selanjutnya di bawah ini mengenai penyebab dan rencana yang akan dilakukan pemerintah, jika status pandemi di Indonesia berubah menjadi hiperendemi.
Perubahan Status jadi Hiperendemi COVID-19
Tercatat per 25 Agustus lalu, jumlah spesimen hanya sebanyak 249.265, dengan angka lebih rendah sehari sebelumnya yaitu 185.852 spesimen. Padahal tes dan tracing pada pengidap COVID-19 diperlukan untuk menghentikan penyebaran infeksi. Spesimen sendiri adalah pemeriksaan yang dilakukan pada sampel untuk diteliti lebih lanjut.
Kemungkinan yang terjadi adalah, jika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut status pandemi setelah mengevaluasi pengaruhnya di belahan dunia, Indonesia berpotensi mengalami perubahan status menjadi hiperendemi COVID-19. Bisa dibilang, penyakit bertahan di negara ini dengan status risiko yang masih tinggi.
Lantas, apa faktor yang bisa membuat Indonesia diprediksi masuk ke dalam fase hiperendemi? Menurut Hermawan, ada banyak indikator yang bisa memengaruhinya.
“Laju penularannya masih tinggi, kelemahan tes masih terjadi, perilaku yang masih belum disiplin, sumber daya penanganan yang masih terbatas di daerah-daerah, Indonesia potensial memasuki hiperendemi,” pungkasnya.
Butuh Perencanaan Matang
Menurut pakar di atas, sebelum memasuki fase hiperendemi COVID-19, pemerintah diharapkan mulai menyiapkan perencanaan matang secara menyeluruh. Tidak cukup hanya dengan menerapkan protokol kesehatan saja. Kembali lagi, permasalahan COVID-19 sangat kompleks. Banyak yang harus diperhatikan. Bukan hanya penambahan kasus infeksi harian saja, tetapi juga pengidap dengan penyakit bawaan atau komorbid, yang berisiko memperparah kondisi.
Beberapa penyakit bawaan yang berisiko tinggi mengalami kondisi parah saat terinfeksi virus corona, seperti stroke, jantung, gagal ginjal, diabetes, TB, dan malaria. Hal tersebut membuat pemerintah harus menyiapkan road map secara rinci mengenai persebaran virus di seluruh Indonesia, serta risiko penyakit bawaan yang menjadi memicu kondisi parah saat terinfeksi.
Road map sendiri merupakan panduan atau petunjuk dalam mengarahkan jalan pada pelaksanaan program kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Jadi, bukan hanya berfokus pada fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, dokter, dokter spesialis, atau klinik saja.
Sumber: https://www.halodoc.com/artikel/ketahui-tentang-prediksi-fase-hiperendemi-covid-19
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.