Hari Aksara Internasional pertama kali dicetuskan oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 1967. Ini merupakan langkah konkret UNESCO untuk memajukan agenda literasi menuju masyarakat yang lebih melek huruf dan berkelanjutan.
Meskipun beberapa kemajuan telah tercapai, tantangan aksara masih harus diperjuangkan. Melansir laman resmi UNESCO, setidaknya ada 773 juta orang muda dan dewasa yang tidak memiliki keterampilan keaksaraan dasar saat ini.
Peringatan Hari Aksara Internasional dan agenda literasi lainnya menjadi titik baru yang mampu memberikan asa bagi masyarakat global. Lantas, bagaimana sejarah pencetusan dan perkembangannya?
Sejarah Hari Aksara Internasional bermula ketika permasalahan buta huruf menjadi masalah yang begitu serius di negara-negara seluruh dunia. Momok buta huruf tidak hanya dirasakan oleh negara berkembang saja, negara maju seperti Amerika pun demikian. Diperkirakan terdapat 32 juta orang dewasa yang mengalami buta huruf di Amerika. Permasalahan buta huruf ini tidak bisa diabaikan. Sebab, literasi adalah poin penting yang bisa mendukung kemakmuran serta kesejahteraan masyarakat di suatu negara.
Oleh sebab itu, melansir laman National Today, dibahaslah permasalahan literasi pada konferensi bertajuk “World Conference of Ministers of Education on the Eradication of Illiteracy” yang diadakan di Teheran, Iran pada tahun 1965. Tahun berikutnya, UNESCO memimpin dan mendeklarasikan 8 September sebagai Hari Aksara Internasional atau International Literacy Day, dengan tujuan utama adalah:
Mengingatkan komunitas global tentang pentingnya literasi bagi individu, komunitas dan masyarakat.
Sebagai upaya menuju masyarakat yang lebih melek huruf demi menciptakan kesejahteraan dunia.
Satu tahun kemudian, komunitas global menerima tantangan untuk mengakhiri buta huruf dengan berpartisipasi dalam Hari Aksara Internasional yang pertama, yaitu tahun 1967. Pemerintah, sekolah, dan masyarakat di seluruh dunia turut berpartisipasi dalam kegiatan ini.
Kemudian pada tahun 1990, peran penting literasi disorot pada konferensi dunia “Education for All” di Jomtien, Thailand. Selanjutnya pada tahun 2015, literasi menjadi poin yang dimasukan ke dalam tujuan utama Suistainable Development Goals (SDG’s) bidang pendidikan.
Hingga akhirnya, pada tahun 2017 Hari Aksara Internasional mengalihkan fokusnya ke keterampilan literasi digital. Keterampilan ini dianggap relevan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih saat itu.
Kemampuan membaca dan mengenal aksara adalah hal penting yang seharusnya dikuasai oleh orang dewasa. Dibantu dengan teknologi yng canggih, masyarakat global seharusnya sudah bisa mengombinasikan keduanya menjadi keterampilan literasi digital.
Pada Hari Aksara Internasional, organisasi dan individu harus bersama-sama membantu mereka yang masih kesulitan untuk membaca dan mengenal aksara. Perbanyak sukarelawan, donasikan buku-buku ke perpustakaan, dan beramal bisa menjadi langkah yang tepat untuk ikut menyemarakkan hari spesial ini.
Sumber: https://kumparan.com/berita-hari-ini/sejarah-hari-aksara-internasional-yang-diperingati-setiap-8-september-1wTbSW8Odns/full
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.