"Peretasan selalu terjadi karena data [pengguna] memiliki nilai ekonomis. Jadi orang ingin menguasai data tersebut," ujar Alfons kepada CNNIndonesia.com lewat pesan teks, Senin (13/9).
Di samping itu Alfons mengatakan bahwa sistem keamanan merupakan sebuah proses yang harus dipelihara karena selalu ada celah keamanan yang baru dan timbul, sehingga kelalaian untuk menjaga keamanan akan berakibat sistem berhasil diretas.Lebih lanjut Alfons menilai akar masalah pada kebocoran dan peretasan di berbagai kementerian dan lembaga pemerintah ditengarai oleh sumber daya manusia (SDM) dan sistem pengadaan komputasi yang sifatnya proyek berjangka waktu.
Jadi, kata Alfons, jika proyek itu sudah selesai maka lembaga atau kementerian terlihat kurang merawat sistem keamanan. Hal itulah yang menyebabkan sistem rentan dieksploitasi.
Meski begitu ia mengungkap bahwa peretasan tidak hanya terjadi di Indonesia saja. Bahkan di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat (AS) tak luput dari maraknya peretasan.
Alfons mengatakan peretasan di AS misalnya, menyebabkan kerugian yang luar biasa besar seperti banyaknya korban extortionware yang menimpa perusahaan-perusahaan papan atas.
Dengan begitu Alfons menyarankan untuk memiliki tim keamanan siber yang kapabel dan memiliki renjana di bidang keamanan siber. Hal itu disebut lantaran sistem keamanan harus dipantau secara berkelanjutan dalam jangka panjang untuk melindungi jaringan, data yang dikelolanya.
"Tim keamanan cyber ya pertama timnya harus capable dan memiliki passion di bidangnya. Karena ia harus secara berkelanjutan dan jangka panjang memantau dan melindungi jaringan, data yang dikelolanya," tutup Alfons.
Sumber: https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20210914151049-185-694184/pakar-sebut-peretasan-marak-karena-data-bisa-dijual.
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.