Banyak yang telah berubah sejak teknologi berkembang di dunia. Dulu, tidak semua orang memiliki akses atau sarana untuk membeli gadget canggih dan koneksi internet, tetapi sekarang semua orang, termasuk anak kecil, tampaknya mampu memilikinnya dengan mudah. Platform media sosial adalah bagian penting dari dunia cyber saat ini. Semakin banyak jejaring sosial yang membantu kita terhubung dengan orang lain, misalnya seperti Facebook, Twitter, Instagram, Snapchat, dan banyak lainnya tampaknya telah menguasai dunia seperti yang kita kenal. Namun penggunaan media sosial dapat membuat seseorang menjadi kecanduan.
Melansir dari pinkvilla.com (15/6) opamin sejenis bahan kimia "merasa baik" yang dilepaskan selama aktivitas yang menyenangkan dan memperkuat kita untuk mencari aktivitas yang menyenangkan di masa depan. Lingkungan media sosial meningkatkan produksi dopamine. Dengan setiap like, tweet, follower/admirer, good comment, emoticon, otak menerima pelepasan dopamin yang mengaktifkan jalur reward di otak. Perilaku yang dihargai selalu bertahan lebih lama. Penguatan positif diinginkan berulang kali dan membuat orang menginginkan lebih banyak like, tweet yang disukai, emotikon dari waktu ke waktu.
Bagi sebagian orang media sosial bisa menjadi salah satu cara untuk mencari perhatian. Orang yang kurang mendapat dukungan emosional dan psikologis seringkali beralih ke media sosial untuk memenuhi kebutuhannya. Selain itu, stres, kesepian, depresi, kecemasan berkontribusi pada ketergantungan yang berlebihan pada media sosial. Juga, orang-orang yang terlalu pemalu yang tidak dapat dengan mudah berhubungan dengan rekan-rekan mereka juga termasuk di antara mereka yang berisiko lebih tinggi. Selain itu, tekanan dan harapan teman sebaya juga menempatkan seseorang pada risiko kecanduan.
Penggunaan media sosial yang berlebihan dan obsesif telah dikaitkan dengan depresi, ketakutan akan kehilangan (FOMO), kualitas tidur yang buruk, kecemasan, perasaan terisolasi dan tidak mampu, dan dalam kasus-kasus ekstrim juga pikiran untuk bunuh diri.
Dalam studi terbaru, pengguna dewasa muda yang menghabiskan sebagian besar waktu mereka menggunakan media sosial Instagram, Facebook, dan platform lain terbukti memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi daripada mereka yang menghabiskan lebih sedikit waktu. Juga, orang yang sudah mengalami depresi telah melihat gejala mereka memburuk dari waktu ke waktu dengan penggunaan platform media sosial.
Sumber: https://www.fimela.com/lifestyle/read/4986985/merasa-kecanduan-media-sosial-kenali-tandanya-berikut-ini
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.