JAKARTA - Lemahnya peran pengawasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) membuat kualitas buku pelajaran yang menjadi bahan ajar siswa rendah.
Hal itu tampak jelas dari munculnya sejumlah buku Lembar Kerja Siswa (LKS) dan buku teks SD di beberapa sekolah yang memuat teks atau ilustrasi yang tidak pantas untuk murid-murid SD.
Pemerhati Pendidikan Doni Koesuma Albertus mengatakan, selama ini Kemendikbud selalu berdalih bahwa buku-buku yang memuat teks dan ilustrasi tak pantas terjadi karena buku diterbitkan pihak swasta bukan pemerintah.
Tetapi ketika buku kurikulum 2013 yang proses terbitnya dimonopoli pemerintah ternyata teks tak pantas tetap juga muncul pada buku bahasa Indonesia kelas VII SMP pada cerpen berjudul 'Gerhana' karya Muhammad Ali yang memuat kata-kata kasar dan makian pada halaman 220 hingga 226.
"Atas keteledoran ini dengan entengnya Wakil Menteri (Wamen) bidang Pendidikan Musliar Kasim menyatakan tidak perlu ditarik bukunya, para guru hanya diminta memerintahkan para siswa merobek halaman cerpen tersebut," ujarnya, saat diskusi dan konferensi pers FSGI dalam catatan akhir tahun pendidikan Indonesia 2013, di Lembaga Bantuan Hukum (LBH), Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (2/1/2014).
Lebih lanjut, sikap ini sangat berbeda ketika pihak swasta yang melakukan kesalahan, meminta buku langsung ditarik dari pasaran.
"Selain berisi materi yang tak pantas, dalam buku Diktat Kurikulum 2013 juga ditemukan iklan yang menguntungkan merek produk tertentu. Hal ini bisa kita lihat dalam buku Matematika kelas 7, berbagai macam persoalan tentang buku diktat ini menunjukkan bahwa Kemendikbud tidak pernah serius mengurusi perbukuan, yang menjadi sumber pembelajaran bagi seluruh siswa di Indonesia," ucapnya. (ade)
Sumber : http://kampus.okezone.com
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.