KOMPAS.com - Burundi, Afrika, menjadi tuan rumah bagi sebuah bangunan sederhana karya studio arsitektur asal Belgia, BC Architects bersama penduduk setempat. Bangunan yang dibuat dengan bahan baku alami ini digunakan sebagai perpustakaan anak. Selain fungsinya, proses pembuatan bangunan bernama The Library of Muyinga ini pun menarik.
Seperti dikutip Dezeen, dinding bangunan ini dibuat dengan teknik bernama rammed earth. Dindingnya dibuat dari tanah, kapur, dan kerikil. Selain material lokal, teknik konstruksi dan bentuknya pun mengadaptasi tipologi bangunan lokal.
Sebenarnya, berbagai kendala membayangi proses pembuatan perpustakaan tersebut. Namun, keterbatasan sumber daya pendukung proyek ini justeru mampu diberdayakan sebagai peluang. Dengan penggunaan bahan lokal dan tenaga setempat, proyek pembangunan perpustakaan ini justeru mendorong roda ekonomi di sana.
The Library of Muyinga merupakan bangunan pertama dalam proyek pembuatan sekolah bagi anak-anak tunarungu. Dengan menggunakan template yang disediakan oleh jaringan OpenStructures, BC Architects mengembangkan dan mengadaptasi desain untuk memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut. Perusahaan ini juga menambahkan koridor yang lazim tersedia di rumah-rumah Burundi.
Ruang sosial
Tak jauh berbeda dengan kehidupan di Indonesia, penduduk daerah Burundi juga menggunakan pelataran rumahnya sebagai ruang untuk bersosialisasi dan bercengkrama dengan keluarga dan kerabat.
"Kehidupan terjadi, sebagian besar di lorong-lorong teras, pertemuan, istirahat, perbincangan, kegiatan menunggu. Ini benar-benar ruang sosial, penting bagi relasi komunitas," jelas para arsitek.
Tentu saja, perpustakaan ini tidak hanya berisi lorong-lorong. Perpustakaan ini juga berisi buku-buku dan tempat yang nyaman untuk membaca. Berbagai tempat bisa dijadikan sebagai tempat membaca. Bahkan, perpustakaan ini pun memiliki jaring-jaring yang bisa digunakan anak-anak untuk membaca sembari bersantai.
"Elemen yang sangat penting dalam arsitektur Burundian (dan Afrika pada umumnya) adalah pembatas garis properti. Ini adalah tradisi yang berasal dari praktik suku penggabungkan permukiman keluarga," ujar para arsitek.
Bagi kita, orang awam, bangunan seluas 140m2 ini sudah cukup nyaman lantaran memiliki plafon tinggi yang memungkinkan ventilasi memadai, serta memiliki lubang-lubang perforasi di dinding. Lubang ini bisa dimanfaatkan sebagai jendela, maupun untuk memasukkan sinar matahari ke dalam.
Perrpustakaan ini tidak hanya berisi lorong-lorong. Perpustakaan ini juga berisi buku-buku dan tempat yang nyaman untuk membaca. Berbagai tempat bisa dijadikan sebagai tempat membaca.
(www. dezeen.com)
Sumber : http://properti.kompas.com
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.