Garut, Jawa Barat—Meski Perpusnas telah mengalokasikan 60% dari total anggaran yang dimilikinya untuk pengembangan perpustakaan dan minat baca di daerah, namun tetap saja penggenjotan agar kepedulian masyarakat untuk mau membaca tetap diperlukan. Upaya publikasi kegemaran membaca sebagai bagian kampanye dari Perpustakaan Sahabat Terbaik Keluarga Indonesia harus terus mendapat dukungan dari semua pihak.
Perpustakaan diakui sedang menghadapi tantangan besar. Di sekolah, perpustakaan kalah pamor dengan keberadaan laboratorium dan ruang praktek. Padahal, diketahui bersama bahwa perpustakaan merupakan jantung pendidikan. “Akibat kemajuan teknologi, aktivitas membaca bukan lagi hal yang diminati,” ujar budayawan Darpan Aryawinangun saat menjadi pembicara Publikasi Gerakan Nasional Indonesia Membaca di Danau Dariza Hotel, (24,5). Hadir pula sebagai pembicara tersebut Kepala Perpusnas Sri Sularsih, anggota Komisi X DPR-RI Ferdiansyah, Asisten Daerah (Asda) Bidang Perekomian Kab. Garut Eddy Muharram.
Darpan melanjutkan, semestinya lembaga pendidikan formal mewajibkan buku bacaan karena buku-buku teks tidak cukup untuk mendorong minat baca para siswa. Padahal, semasa kolonial berkuasa, pernah mewajibkan beberapa buku bacaan untuk dibaca para siswa. Namun, saat ini upaya wajib baca seringkali terbentur dari aktivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) yang terlalu padat sehingga sekolah sulit menerapkan aturan bagi para siswa tentang buku bacaan wajib.
Solusinya, kreativitas guru untuk mengembangkan bahan ajar dengan menggunakan berbagai buku referensi dan materi yang sesuai di internet harus terus ditumbuhkan. Anak didik perlu lebih banyak mendapat tugas mengarang atau esai
Bukan menjadi alasan lagi jika pihak sekolah menganggap perpustakaan tidak penting. Negara telah memutuskan 20% dari APBN dipergunakan untuk pendidikan. Hal itu diperkuat dalam pasal 23 Undang-Undang Perpustakan No. 43 Tahun 2007, yang mencantumkan Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk pengembangan perpustakaan. “Perpustakaan telah masuk ke dalam anggaran fungsi pendidikan. Jadi, bertambahnya anggaran pendidikan juga dibarengi dengan bertambahnya anggaran perpustakaan,” kata anggota Komisi X DPR-RI Ferdiansyah.
Yah, kunci kesuksesan tidak hanya ditanggung oleh Perpusnas. Pemda, sebagai kepanjangantangan dari pemerintah pusat juga turut memikirkan cara ampuh mengembalikan kepedulian masyarakat untuk membaca. Membaca, tidak hanya menyangkut dimensi spiritual, melainkan harus menjadi rutinitas budaya. Oleh karena itu sosialisasi massif menjadikan perpustakaan sebagai basis utama pendukung masyarakat Garut perlu didukung. “Pemkab Garut saat ini sedang giat melakukan revitalisasi, khususnya pada perpustakaan sekolah,” kata Eddy Muharram mewakili ketidakhadiran Bupati Garut Agus Hamdani.
Pembudayaan kegemaran membaca yang dilakukan Perpusnas menekankan pada penciptaan lingkungan membaca untuk semua jenis bacaan kepada semua lapisan masyarakat. Upaya menumbuhkembangkan minat baca disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan. Masyarakat perlu diberikan berbagai bahan bacaan berkualitas guna mengantisipasi perkembangan Iptek. Pasal 48 Undang-Undang Perpustakaan No. 43 Tahun 2007 mengatur tentang pembudayaan kegemaran membaca yang bisa dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan satuan pendidikan.
Pembinaan minat baca pada usia dini merupakan langkah awal sekaligus cara efektif menuju bangsa yang berbudaya baca. Orang tua perlu menstimulus minat baca pada anak untuk membaca dan memberikan teladan dengan ikut aktif membaca serta meluangkan waktu khusus untuk membaca setiap harinya. “Kita optimis dengan meningkatnya kegemaran membaca di masyarakat, membuat bangsa semakin pintar,“ ucap Kepala Perpusnas Sri Sularsih.
Publikasi hanyalah upaya penyadaran agar masyarakat beraktivitas membaca masyarakat. Tapi, tentu harus dibarengi pula dengan contoh terbaik dari para pemimpin daerah. Partisipasi aktif harus bersifat top down (dari atas ke bawah), tambah Ferdiansyah.
Efektifnya kegiatan publikasi Gerakan Nasional Indonesia Membaca di Garut terlihat dari antusiasme masyarakat yang datang. Tidak kurang dari 250 orang peserta dari berbagai institusi pendidikan maupun lembaga kemasyarakatan hadir menyemarakkan kegiatan tersebut. Mari, kita jadikan Perpustakaan Sebagai Sahabat Terbaik Keluarga Indonesia.
Sumber:http://www.pnri.go.id/BeritaAdd.aspx?id=89
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.