Salemba, Jakarta—Kesuksesan yang diraih Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) selama 40 tahun kiprahnya terhadap pengembangan perpustakaan Tanah Air dan profesi pustakawan tidak lepas dari gagasan para founding fathers. Sebagai peletak dasar berorganisasi, para pendiri IPI sejak Kongres Ciawi, Bogor, dilaksanakan pada tahun 1973, terus berupaya menjadi garda terdepan dalam pengembangan perpustakaan dan pemasyarakatan profesi pustakawan.
Pada Hari Jadi-nya yang ke-40, IPI mengusung tema “Menghargai Pendahulu, Mempersiapkan Generasi Mendatang”, Senin, (8/7). Di momen istimewa tersebut, Ketua Umum IPI Dedi Junaedi mengharapkan kepada seluruh pustakawan untuk terus melakukan introspeksi sembari berupaya meningkatkan kompetensi pustakawan. “Pustakawan harus terus memberikan energi positif tumbuh kembang organisasi dan perpustakaan,” ujar Dedi Junaedi mantap.
Peningkatan kompetensi pustakawan amat dirasa penting dalam menghadapi kemajuan zaman. Betapapun besar perpustakaan, kalau tidak memiliki kompetensi, maka perpustakaan menjadi tidak teratur, dan pemanfaatannya tidak dapat dioptimalkan. Kompetensi semakin menjadi persyaratan yang harus dipenuhi oleh SDM perpustakaan.
Pustakawan pada saat sekarang ini tidaklah sama dengan pustakawan sebelum era digital dan teknologi informasi. Dulu, pustakawan bekerja mencetak kartu katalog dengan cara manual, tapi sekarang sudah tidak diperlukan lagi karena adanya kemudahan penelusuran yang mudah dan cepat melalui elektronik. Oleh sebab itu, pustakawan mutlak melakukan pengembangan kemampuan dan keterampilan dirinya.
Kepala Perpustakaan Nasional Sri Sularsih juga meminta IPI untuk terus bersyukur atas segala capaian keberhasilan yang diraih. Namun, IPI diminta tidak lengah menghadapi kemajuan zaman yang kian mengglobal. Lakukan sejumlah terobosan agar IPI bisa eksis berkontribusi nyata terhadap perpustakaan. “Tidak mudah, tapi harus tetap dijalani,” pesan Sri Sularsih.
Saat ini, IPI, selain memperbaharui pangkalan data anggota melalui website, program kerja khusus IPI pada periode 2012-2015 juga menyasar pada peran aktif dalam penyusunan standar di bidang perpustakaan, pengembangan perpustakaan, peningkatan kompetensi dan sertifikasi pustakawan, serta turut menyukseskan perhelatan konferensi CONSAL XVI berikutnya di Thailand pada tahun 2015 mendatang.
Ada 3 (tiga) misi besar yang diemban PP-IPI saat ini. Pertama, mewujudkan konsolidasi dan kerjasama, kedua, meningkatkan kualitas sumber daya pustakawan, dan ketiga meningkatkan kesetaraan profesi pustakawan. Meningkatnya kualitas dan kapasitas perpustakaan sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat ditandai oleh meningkatnya standar mutu perpustakaan serta kompetensi dan profesionalitas SDM semua jenis perpustakaan. Hal tersebut termasuk ke dalam salah satu sasaran program rencana strategis (Renstra) Perpusnas 2010-2014.
IPI yang berdiri pada tanggal 6 Juli 1973 di Ciawi, Bogor, merupakan perwujudan kesepakatan para pustakawan yang tergabung dalam APADI, HPCI, dan PPDIY yang sebelumnya pada pertemuan di Bandung, 21 Januari 1973, para pustakawan telah menyepakati untuk menggabungkan seluruh unsur pustakawan dalam satu asosiasi.
Dalam perjalanan panjang sejarah perpustakaan di Tanah Air, jauh sebelum IPI lahir, sudah terbentuk beberapa organisasi pustakawan di Indonesia, antara lain Vereeniging tot Bevordering van het Bibliothekwezen (1916), Asosiasi Perpustakaan Indonesia (API) 1953, Perphimpunan Ahli Perpustakaan Seluruh Indonesia (PAPSI) 1954, Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Indonesia (PAPADI) 1956, Asosiasi Perpustakaan, Arsip dan Dokumentas Indonesia (APADI) 1962, Himpunan Perpustakaan Chusus Indonesia (HPCI) 1969, dan Perkumpulan Perpustakaan Daerah Istimewa Yogyakarta (PPDIY).
Dirgahayu IPI ke -40. Maju terus pustakawan Indonesia!
Sumber:http://www.pnri.go.id/BeritaAdd.aspx?id=99
© 2019 Perpustakaan BSN. All Rights Reserved.
Powered by SLiMS.